Aroganisme PSSI Berbuntut Diskualifikasi Timnas U-19
"
"
Gebyar
kemenangan timnas Indonesia U-19 terhadap timnas U-19 Korea Selatan
masih sangat hangat dirasakan hingga kini. Betapapun rakyat Indonesia
kini tengah berbahagia atas prestasi timnas U-19 yang belakangan ini
tengah mengobati rasa dahaga kemenangan rakyat Indonesia di bidang sepak
bola. Juara piala AFF sudah dikantongi, kini prestasi mereka dilanjut
dengan mengalahkan timnas U-19 Korea Selatan untuk maju ke babak putaran
final Piala AFC U-19 di Myanmar 2014. Euforia kemenangan dirasakan
seluruh rakyat Indonesia di berbagai kalangan dan lapisan. Namun tak ada
gading yang tak retak, prestasi gemilang timnas U-19 kini terancam
sirna. Kabarnya Official
Korsel mengajukan protes ke AFC terkait pemakaian pemain ilegal di
Indonesia U19. Official Korsel mendapatkan info dari KEDUBES Korsel
untuk Indonesia bahwa Indonesia menggunakan pemain Ilegal sepanjang
turnamen dan mencetak Gol ke gawang Korsel.
Official Korsel juga mengajak Official Philiphina dan Official Laos untuk bersama sama melakukan protes. Saat ini ketiga Official dari ketiga negara tersebut sedang mengumpulkan koran Indonesia yang menyebutkan klub ilegal di Indonesia.
Official Korsel juga mengajak Official Philiphina dan Official Laos untuk bersama sama melakukan protes. Saat ini ketiga Official dari ketiga negara tersebut sedang mengumpulkan koran Indonesia yang menyebutkan klub ilegal di Indonesia.
Masalah
utamanya adalah pemain ilegal. Lebih tepatnya adalah pemain yang tidak
diakui oleh PSSI. Siapa? Evan Dimas. Apa pasal? Karena klub yang dibela
Evan Dimas, Persebaya 1927 tidak diakui secara resmi oleh PSSI. Meskipun
sudah mengikuti Liga Premier Indonesia, Persebaya 1927 tetap tak diakui
oleh PSSI di akhir penyelenggaraan karena dianggap ilegal. Persebaya
1927 dianggap tidak mampu menyelenggarakan administrasi klub
secara sehat dan PSSI mengklaim bahwa Persebaya dari Divisi Utama lah
yang legal. Jika ditelusuri lebih dalam sebenarnya ini adalah masalah
lama. PSSI kini telah dikuasai oleh orang-orang Nurdin Halid yang dulu
pernah membekukan keberadaan Persebaya Surabaya. Persebaya memang
dikenal sebagai tim yang sangat getol mengkritik kebijakan PSSI yang
dirasa penuh intrik, permainan dan mafia pengaturan skor. Persebaya juga
sempat memboikot salah satu pertandingan di ISL karena sangat merugikan
Persebaya di waktu itu yang mengakibatkan mereka dihukum oleh PSSI.
Dari peristiwa tersebut kemudian
tim-tim ISL yang juga menganggap penyelenggaran ISL sudah tidak jujur
serta status Nurdin Halid sebagai Ketua PSSI yang saat itu penuh dengan
kasus, mereka mendirikan liga tandingan bernama LPI. Pemerintah akhirnya
ikut turun tangan dan membubarkan PSSI Nurdin Halid dan membentuk
struktur baru dan menunuk LPI sebagai liga yang diakui. Namun
orang-orang Nurdin Halid yang tersingkirkan mulai memberikan perlawanan.
Melalui KPSI orang-orang Nurdin Halid itu mulai membuat PSSI tandingan.
Sepakbola Indonesia menjadi semakin kacau. Dengan perjuangan yang entah
baik atau tidak orang-orang ini terbukti bisa menguasai kembali PSSI.
Alhasil tim-tim yang dulu pernah melawan PSSI seperti Arema, Persema dan
Persebaya kemudian diskenariokan untuk ditendang dari persepakbolaan
Indonesia. Ironis mengingat kedua tim dari Jawa Timur ini memiliki
sejarah yang besar. Sudah lupakah PSSI dengan asal muasal sepak bola
Indonesia yang juga ikut dicetuskan oleh tim-tim tersebut? Persema
disingkirkan dengan alasan didiskualifikasi, begitu juga Persibo.
Sedangkan Arema IPL dan Persebaya 1927 disingkirkan karena dianggap tim
kloningan. Padahal masayarakat Indonesia sangat mengetahui jika Arema
IPL lah yang asli, namun karena tidak adanya pendanaan yang jelas,
mereka kalah bersaing dengan Arema ISL bentukan orang-orang Nurdin Halid
yang sangat getol mendanai. Apalagi dengan melebur Arema ISL dengan
Pelita Jaya yang sangat jelas milik perusahaan Bakri. Persebaya 1927?
Apa yang perlu diragukan dari tim ini? Supporter yang fanatis, pemain
jempolan, permainan cepat ala tiki-taka, stadion yang besar atau
pengelolaan kompetisi usia muda sangat berjalan baik. Lantas? Sepertinya
Persebaya 1927 disingkirkan karena dianggap terlalu vokal memprotes
kebijakan PSSI. Bahkan terdengar selentingan kabar jika karena Persebaya
dulu jarang mengirimkan “upeti” bagi PSSI. Untuk menandingi Persebaya
yang sudah mlekat di kalangan sepakbola Surabaya, maka orang-orang
Nurdin Halid membangun sedemikian rupa tim kecil bernama Persikubar
untuk didanai besar dan dijadikan Persebaya tandinga, jadilah Persebaya
yang berlaga di Divisi Utama. Kesempatan semakin terbuka lebar untuk
menyingkirkan Persebaya 1927 ketika Persebaya kloningan justru mampu
naik ke ISL, entah karena permainan atau tidak.
Akibat
perseteruan ini kini status Evan Dimas sebagai pemain profesional masih
disandra oleh PSSI. PSSI tak mau mengakui Evan Dimas sebagai pemain
Persebaya 1927. Akibatnya? Keikutsertaan timnas U-19 di putaran final
piala AFC 2014 nanti terancam didiskualifikasi karena mengikutkan
seorang pemain yang tak sah (tak diakui PSSI). Jika sudah begini bohong
besar ketika La Nyala (Waketum PSSI) berujar bila prestasi selanjutnya
Timas Indonesia U-19 adalah juara piala Asia. Kalau memang ingin
memaksimalkan prestasi timnas, legalkan status Evan Dimas. Jangan
menguasai PSSi atas dasar kepentingan kelompok, ketika tidak suka
disingkirkan, namun ketika berprestasi diperebutkan dan dielu-elukan.
Evan Dimas adalah kapten dan aset penting timnas U-19, tolong jangan
munafik PSSI !
Gebyar
kemenangan timnas Indonesia U-19 terhadap timnas U-19 Korea Selatan
masih sangat hangat dirasakan hingga kini. Betapapun rakyat Indonesia
kini tengah berbahagia atas prestasi timnas U-19 yang belakangan ini
tengah mengobati rasa dahaga kemenangan rakyat Indonesia di bidang sepak
bola. Juara piala AFF sudah dikantongi, kini prestasi mereka dilanjut
dengan mengalahkan timnas U-19 Korea Selatan untuk maju ke babak putaran
final Piala AFC U-19 di Myanmar 2014. Euforia kemenangan dirasakan
seluruh rakyat Indonesia di berbagai kalangan dan lapisan. Namun tak ada
gading yang tak retak, prestasi gemilang timnas U-19 kini terancam
sirna. Kabarnya Official
Korsel mengajukan protes ke AFC terkait pemakaian pemain ilegal di
Indonesia U19. Official Korsel mendapatkan info dari KEDUBES Korsel
untuk Indonesia bahwa Indonesia menggunakan pemain Ilegal sepanjang
turnamen dan mencetak Gol ke gawang Korsel.
Official Korsel juga mengajak Official Philiphina dan Official Laos untuk bersama sama melakukan protes. Saat ini ketiga Official dari ketiga negara tersebut sedang mengumpulkan koran Indonesia yang menyebutkan klub ilegal di Indonesia.
Official Korsel juga mengajak Official Philiphina dan Official Laos untuk bersama sama melakukan protes. Saat ini ketiga Official dari ketiga negara tersebut sedang mengumpulkan koran Indonesia yang menyebutkan klub ilegal di Indonesia.
Masalah
utamanya adalah pemain ilegal. Lebih tepatnya adalah pemain yang tidak
diakui oleh PSSI. Siapa? Evan Dimas. Apa pasal? Karena klub yang dibela
Evan Dimas, Persebaya 1927 tidak diakui secara resmi oleh PSSI. Meskipun
sudah mengikuti Liga Premier Indonesia, Persebaya 1927 tetap tak diakui
oleh PSSI di akhir penyelenggaraan karena dianggap ilegal. Persebaya
1927 dianggap tidak mampu menyelenggarakan administrasi klub
secara sehat dan PSSI mengklaim bahwa Persebaya dari Divisi Utama lah
yang legal. Jika ditelusuri lebih dalam sebenarnya ini adalah masalah
lama. PSSI kini telah dikuasai oleh orang-orang Nurdin Halid yang dulu
pernah membekukan keberadaan Persebaya Surabaya. Persebaya memang
dikenal sebagai tim yang sangat getol mengkritik kebijakan PSSI yang
dirasa penuh intrik, permainan dan mafia pengaturan skor. Persebaya juga
sempat memboikot salah satu pertandingan di ISL karena sangat merugikan
Persebaya di waktu itu yang mengakibatkan mereka dihukum oleh PSSI.
Dari peristiwa tersebut kemudian
tim-tim ISL yang juga menganggap penyelenggaran ISL sudah tidak jujur
serta status Nurdin Halid sebagai Ketua PSSI yang saat itu penuh dengan
kasus, mereka mendirikan liga tandingan bernama LPI. Pemerintah akhirnya
ikut turun tangan dan membubarkan PSSI Nurdin Halid dan membentuk
struktur baru dan menunuk LPI sebagai liga yang diakui. Namun
orang-orang Nurdin Halid yang tersingkirkan mulai memberikan perlawanan.
Melalui KPSI orang-orang Nurdin Halid itu mulai membuat PSSI tandingan.
Sepakbola Indonesia menjadi semakin kacau. Dengan perjuangan yang entah
baik atau tidak orang-orang ini terbukti bisa menguasai kembali PSSI.
Alhasil tim-tim yang dulu pernah melawan PSSI seperti Arema, Persema dan
Persebaya kemudian diskenariokan untuk ditendang dari persepakbolaan
Indonesia. Ironis mengingat kedua tim dari Jawa Timur ini memiliki
sejarah yang besar. Sudah lupakah PSSI dengan asal muasal sepak bola
Indonesia yang juga ikut dicetuskan oleh tim-tim tersebut? Persema
disingkirkan dengan alasan didiskualifikasi, begitu juga Persibo.
Sedangkan Arema IPL dan Persebaya 1927 disingkirkan karena dianggap tim
kloningan. Padahal masayarakat Indonesia sangat mengetahui jika Arema
IPL lah yang asli, namun karena tidak adanya pendanaan yang jelas,
mereka kalah bersaing dengan Arema ISL bentukan orang-orang Nurdin Halid
yang sangat getol mendanai. Apalagi dengan melebur Arema ISL dengan
Pelita Jaya yang sangat jelas milik perusahaan Bakri. Persebaya 1927?
Apa yang perlu diragukan dari tim ini? Supporter yang fanatis, pemain
jempolan, permainan cepat ala tiki-taka, stadion yang besar atau
pengelolaan kompetisi usia muda sangat berjalan baik. Lantas? Sepertinya
Persebaya 1927 disingkirkan karena dianggap terlalu vokal memprotes
kebijakan PSSI. Bahkan terdengar selentingan kabar jika karena Persebaya
dulu jarang mengirimkan “upeti” bagi PSSI. Untuk menandingi Persebaya
yang sudah mlekat di kalangan sepakbola Surabaya, maka orang-orang
Nurdin Halid membangun sedemikian rupa tim kecil bernama Persikubar
untuk didanai besar dan dijadikan Persebaya tandinga, jadilah Persebaya
yang berlaga di Divisi Utama. Kesempatan semakin terbuka lebar untuk
menyingkirkan Persebaya 1927 ketika Persebaya kloningan justru mampu
naik ke ISL, entah karena permainan atau tidak.
Akibat
perseteruan ini kini status Evan Dimas sebagai pemain profesional masih
disandra oleh PSSI. PSSI tak mau mengakui Evan Dimas sebagai pemain
Persebaya 1927. Akibatnya? Keikutsertaan timnas U-19 di putaran final
piala AFC 2014 nanti terancam didiskualifikasi karena mengikutkan
seorang pemain yang tak sah (tak diakui PSSI). Jika sudah begini bohong
besar ketika La Nyala (Waketum PSSI) berujar bila prestasi selanjutnya
Timas Indonesia U-19 adalah juara piala Asia. Kalau memang ingin
memaksimalkan prestasi timnas, legalkan status Evan Dimas. Jangan
menguasai PSSi atas dasar kepentingan kelompok, ketika tidak suka
disingkirkan, namun ketika berprestasi diperebutkan dan dielu-elukan.
Evan Dimas adalah kapten dan aset penting timnas U-19, tolong jangan
munafik PSSI !
0 komentar:
Posting Komentar